Banyak sekali cerita ketika pejabat-pejabat yang sudah pensiun, yang dulunya mendapatkan gaji besar lalu setelah pensiun hanya mendapatkan uang yang tidak seberapa, dan mereka banyak yang tidak berhasil menurunkan gaya hidupnya, sehingga terkadang harus menjual harta benda yang mereka miliki. Bahkan ada yang sampai rebutan harta oleh anak-anaknya karena mereka mendidik anaknya dengan lifestyle yang tinggi, dan banyak cerita lainnya dan menurut saya itu sangat mengenaskan.
Sering saya berdiskusi dengan sahabat saya, banyak pengusaha-pengusaha muda yang diberikan rezeki yang lebih dari bisnisnya, namun banyak yang terlena. Mereka menaikkan standar hidup mereka, membeli barang-barang mewah, mobil dan sebagainya. Dan kita menyebut para pengusaha ini seperti sudah merasa sombong dengan keadaan yang sudah ada. Bahkan mereka meninggalkan bisnis mereka sehingga pada akhirnya terjadi permasalahan di dalam bisnisnya dan keteteran mengatasinya. Mereka termakan yang namanya image, mereka sudah menjadi selebriti pengusaha, dan mereka malu jika menurunkan gaya hidupnya.
Sebenarnya sah sah saja kita hidup dengan gaya hidup yang lebih tinggi dari sebelumnya. Itu merupakan penghargaan untuk diri sendiri, namun sebenarnya yang paling bagus adalah kesederhanaan. Saya banyak belajar dari teman-teman TDA yang memilih gaya hidup sederhana dan tetap fokus di bisnisnya serta selalu belajar, belajar dan belajar. Karena bisnis tidak bisa kita tinggalkan begitu saja, kecuali diserahkan kepada yang profesional. Namun banyak saya lihat, pengusaha-pengusaha yang sudah sukses juga masih turun ke bisnisnya dan rutin melakukan pekerjaan sehari hari.
Agama mengajarkan kita untuk hidup sederhana dan tidak berlebihan. Kalau di agama saya, Islam, Nabi besar saya adalah seorang pengusaha besar. Di umurnya yang 40 tahun beliau bisa dikatakan sudah financial freedom, sehingga beliau lebih banyak memikirkan hal hal spiritual. Beliau memilih hidup sederhana bukan karena tidak mampu. Jika kita melihat beliau menikah dengan Siti Khadijah, umur 25 tahun beliau memberikan mas kawin berupa puluhan unta, yang jika dirupiahkan dengan harga sekarang kira-kira menyentuh nilai milyaran. Namun Beliau tetap rendah hati dan sederhana dengan gaya hidup dan perilakunya.
Sebagai pengusaha kita harus selalu menjadi gelas kosong yang selalu terus belajar dan membenahi diri, apalagi sebagai pengusaha pemula. Di film ‘Wolf of Wall Street’, yang dibintangi Leonardo di Caprio, kita melihat begitu sombongnya sang lakon karena dalam usia muda dan dalam waktu singkat dia bisa mendapatkan jutaan dollar tiap harinya. Bahkan sang aparat hukum dihina dengan kata-kata yang kurang berkenan. Dan dengan kesombongannya hidupnya selalu dipenuhi dengan pesta. Namun pada akhirnya dia dijebloskan ke penjara dan sampai detik ini dia harus membayar hutangnya ke negara sampai puluhan juta dollar.
Di bisnis, kita juga pasti mengalami kesulitan dan harus membenahi sistem yang sudah ada. Saya pernah terlena dan sombong dengan keadaan, dan saya telah atau sedang membayar harganya karena kesombongan saya kala itu. Kembali ke lapak, selalu belajar dan benahi bisnis yang sudah ada, jangan sombong, jadilah bodoh, belajarlah ke siapapun juga bahkan kalau perlu belajarlah ke seekor keledai.
Hiduplah sederhana, namun berlebihanlah dalam jiwa kita. Penuhi hidup kita dengan amal serta tabungan kebaikan. Tidak perlu iri jika handphone kita hanya merk china, sedangkan yang lain memakai iphone, toh masih bisa dipakai buat update status di twitter kan?? Latih anak-anak kita menjadi pribadi yang sederhana, bimbing mereka menjadi pribadi yang kaya serta jiwa yang merdeka, bukan hanya diberikan kemewahan serta gaya hidup yang tidak mendidik.
Aditya Hayu Wicaksono
Direktur Keuangan TDA